Judul | : Muhammad: The Last Prophet |
Sinonim | : Мухаммад, последний пророк; Hz. Muhammed: Son peygamber |
Bahasa | : Inggris |
Bentuk | : Animasi |
Tipe | : TV |
Rilis | : 8 November 2002 |
Durasi | : 95 menit |
Genre | : Animation, Biography, Drama, History, War |
Format | : MKV |
Sinopsis | : |
Awan mendung menggelayut di tanah Mekkah. Terik matahari yang garang tetap tak bisa membuat tanah Mekkah bersinar. Mekkah memang tengah dilanda gelap gulita. Kemerosotan akhlak berlangsung di mana-mana. Pemujaan berhala dan penindasan terhadap hamba sahaya menjadi pemandangan kusam di Mekkah. Ya, zaman jahiliyah tengah berlangsung disana.
Sebuah cahaya terang menyeruak di tengah kegelapan yang berkepanjangan itu. Seorang pemuda berjuluk Al-Amin (dapat dipercaya) muncul. Dialah Muhammad, keponakan dari tokoh kaum Quraisy, Abu Tholib, yang bersahaja dan rendah hati.
Melihat masyarakat dan sejumlah petinggi kaum Quraisy yang dzalim, hati Muhammad tergerak. Ia pun memilih menyendiri di Gua Hira. Tak dinyana, sebuah suara tiba-tiba terdengar. Tubuh Muhammad pun menggigil lemas. Lalu, sebuah perintah pun terlontar, “Iqra (bacalah)”. Mendengar perintah itu tubuh Muhammad makin menggigil, lalu ia pun menjawab, “Saya tidak bisa membaca”. “Iqra”, pinta suara itu lagi. Seiring itu pulalah, Muhammad menjawab dengan ucapan yang sama.
Itulah saat-saat Muhammad menerima wahyu pertama, surat Al-Alaq, dari Allah SWT melalui malaikat Jibril di Gua Hira.
Perjuangan menyuarakan agama Allah taklah mudah bagi Muhammad di kalangan kaum Quraisy yang dzalim. Karenanya, Muhammad memilih bergerilya untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam kala itu.
Menggambarkan seluruh perjalanan dakwah Nabi Muhammad jelas membutuhkan waktu yang panjang untuk dijabarkan. Karenanya, film Muhammad: The Last Prophet lebih mengangkat kisah Nabi Muhammad pada periode Mekkah, Madinah dan fathu-Mekkah, yakni kembalinya Muhammad ke Mekkah tanpa ada pertumpahan darah dan ratusan berhala-berhala dalam Ka'bah dibersihkan.
Sebelum dipublikasikan ke publik, film animasi ini diteliti dan disetujui oleh Al-Azhar Islamic Research Academy. Kisahnya sendiri diteliti dan diawasi oleh lembaga pendidikan penulisan Naskah UCLA, Ms. Firdosi Wharton-Ali dan seorang profesor hukum Islam UCLA, Dr. Khaled Abou El Fadl.
Muhammad: The Last Prophet, penggarapannya dipercayakan kepada Richard Rich, sutradara yang pernah menggarap film animasi klasik “the Fox and the Hound”. Bagi Rich, menggarap kisah yang menggambarkan sosok Nabi Muhammad jelas memerlukan kehati-hatian, termasuk menghadirkan sosok Muhammad tanpa mengurangi ruh dari film tersebut.
“Menyajikan kisah ini agar lebih hidup merupakan sebuah tantangan yang sangat besar, tapi itu memberi apresiasi yang luar biasa atas apa yang telah dikerjakan Muhammad untuk peradaban”, ujar Rich mengomentari film garapannya.
Untuk memudahkan pemahaman penonton, khususnya anak-anak, Rich juga memasukkan sejumlah narasi ketika menghadirkan sosok Muhammad. Selain menghadirkan sosok Muhammad, Abu Thalib, menjadi sosok yang juga tak kalah penting. Untuk mengisi suaranya, dibutuhkan orang yang suaranya betul-betul pas dengan karakternya.
Pilihan akhirnya jatuh pada Eli Allem, seorang aktor veteran panggung juga film. Sayang, film ini menjadi film terakhir buatnya. Allem meninggal dunia setelah ia menunaikan tugasnya mengisi suara Abu Thalib.
Film yang diproduksi Badr International Corporation, yang bermarkas di Inggris ini, diselesaikan dalam kurun waktu dua tahun serta mencakup 196 ribu gambar. Seluruh kegiatan designing-nya sendiri berlangsung di Richrest Animation, Burbank, California. (Selengkapnya...)
Sebuah cahaya terang menyeruak di tengah kegelapan yang berkepanjangan itu. Seorang pemuda berjuluk Al-Amin (dapat dipercaya) muncul. Dialah Muhammad, keponakan dari tokoh kaum Quraisy, Abu Tholib, yang bersahaja dan rendah hati.
Melihat masyarakat dan sejumlah petinggi kaum Quraisy yang dzalim, hati Muhammad tergerak. Ia pun memilih menyendiri di Gua Hira. Tak dinyana, sebuah suara tiba-tiba terdengar. Tubuh Muhammad pun menggigil lemas. Lalu, sebuah perintah pun terlontar, “Iqra (bacalah)”. Mendengar perintah itu tubuh Muhammad makin menggigil, lalu ia pun menjawab, “Saya tidak bisa membaca”. “Iqra”, pinta suara itu lagi. Seiring itu pulalah, Muhammad menjawab dengan ucapan yang sama.
Itulah saat-saat Muhammad menerima wahyu pertama, surat Al-Alaq, dari Allah SWT melalui malaikat Jibril di Gua Hira.
Perjuangan menyuarakan agama Allah taklah mudah bagi Muhammad di kalangan kaum Quraisy yang dzalim. Karenanya, Muhammad memilih bergerilya untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam kala itu.
Menggambarkan seluruh perjalanan dakwah Nabi Muhammad jelas membutuhkan waktu yang panjang untuk dijabarkan. Karenanya, film Muhammad: The Last Prophet lebih mengangkat kisah Nabi Muhammad pada periode Mekkah, Madinah dan fathu-Mekkah, yakni kembalinya Muhammad ke Mekkah tanpa ada pertumpahan darah dan ratusan berhala-berhala dalam Ka'bah dibersihkan.
Sebelum dipublikasikan ke publik, film animasi ini diteliti dan disetujui oleh Al-Azhar Islamic Research Academy. Kisahnya sendiri diteliti dan diawasi oleh lembaga pendidikan penulisan Naskah UCLA, Ms. Firdosi Wharton-Ali dan seorang profesor hukum Islam UCLA, Dr. Khaled Abou El Fadl.
Muhammad: The Last Prophet, penggarapannya dipercayakan kepada Richard Rich, sutradara yang pernah menggarap film animasi klasik “the Fox and the Hound”. Bagi Rich, menggarap kisah yang menggambarkan sosok Nabi Muhammad jelas memerlukan kehati-hatian, termasuk menghadirkan sosok Muhammad tanpa mengurangi ruh dari film tersebut.
“Menyajikan kisah ini agar lebih hidup merupakan sebuah tantangan yang sangat besar, tapi itu memberi apresiasi yang luar biasa atas apa yang telah dikerjakan Muhammad untuk peradaban”, ujar Rich mengomentari film garapannya.
Untuk memudahkan pemahaman penonton, khususnya anak-anak, Rich juga memasukkan sejumlah narasi ketika menghadirkan sosok Muhammad. Selain menghadirkan sosok Muhammad, Abu Thalib, menjadi sosok yang juga tak kalah penting. Untuk mengisi suaranya, dibutuhkan orang yang suaranya betul-betul pas dengan karakternya.
Pilihan akhirnya jatuh pada Eli Allem, seorang aktor veteran panggung juga film. Sayang, film ini menjadi film terakhir buatnya. Allem meninggal dunia setelah ia menunaikan tugasnya mengisi suara Abu Thalib.
Film yang diproduksi Badr International Corporation, yang bermarkas di Inggris ini, diselesaikan dalam kurun waktu dua tahun serta mencakup 196 ribu gambar. Seluruh kegiatan designing-nya sendiri berlangsung di Richrest Animation, Burbank, California. (Selengkapnya...)
Daftar PopCash cocok untuk Periklanan Pop-up Blog
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis aspirasi Anda